TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan
dan Konseling
Dosen
Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.
Rombel:50
Oleh:
Febri
Ahmad Darmawan 6301412016
Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, S1
MATA
KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
A.
ORIENTASI
BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Orientasi Perseorangan
Orientasi Perseorangan bimbingan dan konseling
menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara
individu. Satu persatu siswa perlu mendapatkan perhatian. Pemahaman konselor
yang baik terhadap keseluruhan sisiwa sebagai kelompok dalam kelas itu penting
juga., tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada
masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa merupakan konfigurasi
(bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara
individual harus di perhitungkan.Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan
orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling, yaitu:
a.
Semua kegiatan yang
diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi
peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
b.
Pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya,
motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya yang semuanya unik,
setra untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan
potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang
sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.
Setiap klien harus diterima
sebagai individu dan harus ditangai secara individual (Ronger, dalam McDaniel,
1956).
d.
Adalah menjadi tanggung
jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta untuk
menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuha konseli setepat mungkin
(mcDaniel,dalam Prayitno, 1999:236).
2. Orientasi
perkembangan
Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu
secara tradisional dari dulu sampa sekarang menjadi inti dari pelayanan BK.
Sejak tahun 1950-an penekanan pada perkembangan dalam BK sejalan dengan
konsepsi tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighurst. Dalam hal
itu peranan BK adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu
menjadi alur perkembangannya. Pelayanan BK berlangsung dan dipesatkan untuk menunjang
kemampuan inhern individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Secara khusus Thompson dan Rudolph (1983) melihat
perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya,
anak – anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat
bentukyaitu hambatan ogesentrisme, hambatan konsentrasi, hambatan
reversibilitas, dan hambatan transformasi.
3.
Orientasi permasalahan
Hambatan dan rintangan sering kali dialami oleh individu
dalam menjalani kehidupan dan proses perkembangannya. Oleh karenanya perlu
diwaspadai kemungkinan timbulnya hambatan dan rintangan yang mungkin menimpa
kehidupan dan perkembangan. Kewaspadaan inilah yang melahirkan konsep orientasi
masalah dalam pelayanan BK.
Dalam kaitannya dengan fungsi BK. Orientasi masalah
secara langsung bersangkut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari
masalah yang mungkin membebaninya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan
agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan
masalahnya. Fungsi lain yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan,
memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang
dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula
bermanfaat dalam upaya pengentasan.
B.
Ruang
Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang
penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga
(keluarga), maupun masyarakat pada umumnya. Uraian di bawah ini membicarakan
peranan bimbingan dan konseling pada masing-masing ruang lingkup kerja
tersebut.
1. Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sekoah adalah lembaga formal yang berperan dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat. Dalam kelembangaan sekolah terdapat
sejumlah bidang kegiatan, dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling
mempunyai peran dan kedudukan khusus.
a. Keterkaitan antara
Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dan Bidang-Bidang Lainnya
Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan bidang-bidang
tugas atau pelayanan yang saling terkait. Terdapat tiga bidang pelayanan di
sekolah yang saling terkait, yaitu bidang kurikulum dan pembelajaran, bidang
administrasi atau kepemimpinan, dan bidang
kesiswaan
Antara bidang yang satu dengan yang lain terdapat
hubungan yang saling isi- mengisi . Ketiga bidang tersebut memiliki arah tujuan
yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal
bagi setiap peserta didik sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan
nilai-nilai norma.
b.
Tanggung
Jawab Konselor Sekolah
Tenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan
dan konseling ialah konselor. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidin secara
menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan
perkembangan masing-masng perserta didik.
2.
Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Luar Sekolah
a. Bimbingan dan Konseling
Keluarga
Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling
mendasar dan merupakan pangkal kehidupan
bermasyarakat. Di dalam keluargalah setiap warga masyarakat memulai
kehidupannya, dan di dalam keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk
menjadi warga masyarakat.
Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscian(1948)
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi yang secara signifikan
mempengaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian,
kedua orang tua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan
kebebasan hubungan seksual. Unsur-unsur yang tidak menguntungkan itu secara
langsung ataupun tidak langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga.
b.
Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah
kerja yang lebih luas itu perlu diselenggarakan oleh konselor yang bersifat
multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerja sama
selain dengan guru, administrator, dan orang tua, juga dengan berbagai komponen
dan lembaga di masyarakat secara lebih luas. Konselor seperti itu bekerja
dengan masalah-masalah personal, emosional, sosial, pendidikan, dan pekerjaan,
yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan
menunjang perkembangan individu anggota masyarakat.
C.
Kesalahpahaman
dalam Bimbingan dan Konseling
Kesalahpahaman yang
sering diumpai di lapangan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan
dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
2. Konselor
di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
3. Bimbingan
dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat
4. Bimbingan
dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental
5. Bimbingan
dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
6. Bimbingan
dan konseling melayani “ orang sakit” dan “ kurang normal”
7. Bimbingan
dan konseling bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain
pasif
9. Menganggap
pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
10. Pelayanan
bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
11. Menyamakan
pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater
12. Menganggap
hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
13. Menyamaratakan
cara pemecahan masalah bagi semua klien
14. Memusatkan
usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan
konseling
15. Bimbingan
dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja
Daftar pustaka
Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press.
Prayitno dan Erman
Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment