MOBEL DAN POLA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan
dan Konseling
Dosen
Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.
Rombel:50
Oleh:
Febri
Ahmad Darmawan 6301412016
Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, S1
MATA
KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
A. Model-model
Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan
Model-model bimbingan dan konseling
dan pola dasar bimbingan bermula dari gerakan bimbingan dan konseling di
Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan
pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah model menurut Shertzer dan
Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifatteoritis namun
belum memenuhi semua persyaratan bagii suatu teori ilmiah. Model-model itu
dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi tantangan yang timbul dalam
kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah di AS.
1. Frank Parsons yang menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan
ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap
bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan
mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2. William M. Proctor, (1925) yang mengembangkan model
bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian
menyangkut bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kulikuler, bentuk rekreasi,
jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan cita-cita
siswa.
3. John M. Brewer, (1932) yang mengembangkan rangka
bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan,
bimbingan moral dan bimbingan perkembangan.
4. Donal G. Patterson, (1938) dalam konseling yang
dikenal dengan metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik
untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
5. Wilson Little dan AL. Champman, (1955) menekankan
perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam mempersiapkan diri
memangku suatu jabatan dan dalam
mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan
bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan
preventif dan preseveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan
bimbingan pribadi.
6. Kenneth B. Hoyt, (1962) yang mendiskripsikan model
bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan
siswa di jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Metode ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan
memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, perserveratif dan remedial dan
mengutamakan ragam bimbingan belajar pribadi.
7. Ruth Strabf, (1964) yang berpandangan menyangkut
bimbingan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan
individu dan pelayanan secara kelompok
dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulkan dan wawancara
konseling.
8. Arthur J, Jones, (1970) menekankan pelayanan bimbingan
sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan
penyesuaian diri. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu
mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi
tekanan pada komponen bimbingan penempatan
pengumpulan data serta wawancara.
9. Chris D. Kehas, (1970) merumuskan tujuan di sekolah
memberikan tekanan pada pengembangan
kepribadian peserta didik, tetapi dilapangan hanya aspek intelektual
yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi
dalam rangka meningkatkan efektivitas
proses belajar mengajar di kelas.
10. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971), mengajukan
usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk
menujukan perkembangan kepribaduian para siswa dengan mengutamakan belajar
dinamik-efektif yang menyangkut perkembangan nilai-nilai hidup dan sikap-sikap.
11. Julius Menacker, (1976) model ini menekankan usaha
mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang
optimal bagi siswa. Keunggulan model ini adalah pandangan tingkah laku
seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungan hidup.
Kehas berpandangan sejumlah faktor
yang menghambat konseptualisasi dan pertanggungjawaban teoretis dari bimbingan
di sekolah-sekolah di Amerika yaitu:
1. Organisasi professional di bidang bimbingan lebih
banyak memperhatikan layanan konseling dari pada layanan bimbingan pada umumnya.
2. Pembelajaran konseptual antara mengajar dan membimbing
masih kabur
3. Pelayanan bimbingan di sekolah lebih dikaitkan dengan
bidang administrasi sekolah, sehingga fungsi khas dari bimbingan tinggal
samar-samar saja.
4. Pemikirannya teoritis
5. Terdapat anggapan
B. Pola-pola
Bimbingan
Menurut hasil analisis Edward C.
Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbingan di institusi
pendidikan muncul empat pola dasar yang di bei nama:
1. Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu
institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan
seluruh staf pendidikan dapat menyumbang pada perkembangan keperibadian
masing-masing siswa. Ujung pelayanan
bimbingan dilihat sebagi program yang
kontinyu dan bersambunga yang ditujukan kepada semua siswa.
2. Pola Spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi
pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing
berkembang khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing
psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.
3. Pola Kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi
pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk
pengajaran khusus dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari pola
dasar ini ialah hubungan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran, segi
negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri
dan perkembangan kepribadian tidak dapat
di ukur melalaui suatu tes hasil belajar seperti terjadi di bidang-bidang studi
akademik.
4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental, bahwa
orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan
membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif pola dasar ini ialah
peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidikan di institusi
pendidikan dan integrasi sosial di antara peserta didik dengan staf pendidik.
C.
Pola Umum 17 Plus
Pola dasar dalam bimbingan dan konseling yang saat ini
dilaksanakan di lingkungan pendidikan tingkat SLTP dan SLTA digambarkan dalam
matriks berikut:
Daftar
pustaka
No comments:
Post a Comment