RASIONEL
PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU DARI SEGI PSIKOLOGI DAN PEDAGOGIS
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan
dan Konseling
Dosen
Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.
Rombel:50
Oleh:
Febri
Ahmad Darmawan 6301412016
Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, S1
MATA
KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat
membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya dan mencapai
tugas-tugas perkembangannya secara optimal.Dengan adanya landasan yang jelas
dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam
tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih baik dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya pada lembaga pendidikan.
1. Landasan psikologi
Berikut ini akan
diuraikan mengenai beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang
perlunya bimbingan dan konseling di sekolah.
a. Masalah
perkembangan individu
Proses perkembangan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik dari dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar di pengaruhi
oleh faktor lingkumgan. Perkembangan akan menjadi baik kalau faktor – faktor
tersebut saling mendukung dan saling melengkapi. Pendidikan sebagai salah satu
bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap perkembangan
individu. Dilihat dari proses dan fase perkembangannya siswa berada pada fase
masa remaja ( adolesensi ). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju
kearah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis,
intelektual, emosional, nilai – nilai hidup dan sebagainya.
b. Masalah
perbedaan individu
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada
dua orang individu yang sama persis di aspek – aspek kepribadiannya, baik aspek
jasmani maupun rohani. Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat
perhatian ialah perbedaan dalam hal – hal sebagai berikut : 1) kecerdasan, 2)
kecakapan, 3) hasil belajar, 4) bakat, 5) sikap, 6) kebiasaan, 7) pengetahuan,
8) kepribadian, 9) cita – cita, 10) kebutuhan, 11) minat, 12) pola – pola dan
tempo perkembangan, 13) ciri – ciri jasmaniah, 14) latar belakang keluarga
(lingkungan).
Dengan mengetahui data tentang perbedaan – perbedaan
tersebut di atas mempunyai manfaat yang sangat besar bagi usaha bantuan yang
diberikan kepada siswa di sekolah.
c. Masalah
kebutuhan individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya
tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk
memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasr bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri. Pada umumnya secara psikologis dikenal
ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa
kebutuhan – kebutuahan yang harus kita perhatikan seperti yang dikemukakan oleh
Maslow mencakup kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan dicintai, harga
diri, dan aktualisasi diri.
d. Massalah
penyesuaian diri
Jika individu dapat berhasil
memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan ganguan atau kerugian
bagi lingkungannya, aka ia dapat disebut “well
adjusted” atau penyesuaian diri baik. Namun sebaliknya jika individu gagal
dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted”salah suai. Dalam hal ini, sekolah hendaknya
memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan
terhindat dari timbulnya gejala – gejala
salah suai.
e. Masalah
belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan,
kegiatan belajar merupakan perbuatan inti. Sekolah mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu
hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul dalam belajar. Di sisnilah letak pentingnya program
bimbingan dan konseling untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.
2.
Landasan
pedagogis
Setiap masyarakat, tanpa kerkecuali, senantiasa
menyelenggarakan pendidikan dengan berbagai cara dan saran untuk menjamin
kelangsungan hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah
satu lembaga sosial yang universal dan
berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992 ). Dengan
reproduksi sosial itulah nilai – nilai budaya dan norma – norma sosial yang
melandasi kehidupan masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya. Karena
itu berbagai cara dilakukan mayarakat untuk mendidik anggotanya, seperti menceritakan dongeng – dongeng mitos,
menanamkan etika sosial, dengan memberitahu, menegur, dan keteladanan; melalui
, permainan terutama yang memperkenalkan peran – peran sosial, serta lain –
lain kegiatan di antara teman sebaya, dan kerabat.Kegiatan pendidikan itu kini
meluas dilakukan di sekolah maupun luar sekolah dengan menggunakan alat bantu
yang didukung dengan teknologi modern (Prayitno dkk, 180:1999).
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan
diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang
berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa”. Dari pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa
yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara
optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan
proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang
optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka
kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa
kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang
menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga
akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan
seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan
pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang
memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat
penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya
akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik,
psikologis, maupun sosial.
Daftar pustaka
Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press.
Prayitno dan Erman
Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment