Tuesday, June 10, 2014




RASIONEL PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU DARI SEGI PSIKOLOGI DAN PEDAGOGIS



Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.
Rombel:50


Oleh:
Febri Ahmad Darmawan     6301412016
Pendidikan Kepelatihan Olahraga, S1






MATA KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
            Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya dan mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.Dengan adanya landasan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih baik dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya pada lembaga pendidikan.

1.    Landasan psikologi
            Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah.
a.    Masalah perkembangan individu
            Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh faktor bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar di pengaruhi oleh faktor lingkumgan. Perkembangan akan menjadi baik kalau faktor – faktor tersebut saling mendukung dan saling melengkapi. Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap perkembangan individu. Dilihat dari proses dan fase perkembangannya siswa berada pada fase masa remaja ( adolesensi ). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju kearah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, nilai – nilai hidup dan sebagainya.
b.    Masalah perbedaan individu
            Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di aspek – aspek kepribadiannya, baik aspek jasmani maupun rohani. Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam hal – hal sebagai berikut : 1) kecerdasan, 2) kecakapan, 3) hasil belajar, 4) bakat, 5) sikap, 6) kebiasaan, 7) pengetahuan, 8) kepribadian, 9) cita – cita, 10) kebutuhan, 11) minat, 12) pola – pola dan tempo perkembangan, 13) ciri – ciri jasmaniah, 14) latar belakang keluarga (lingkungan).
            Dengan mengetahui data tentang perbedaan – perbedaan tersebut di atas mempunyai manfaat yang sangat besar bagi usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah.
c.    Masalah kebutuhan individu
            Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasr bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis  dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa kebutuhan – kebutuahan yang harus kita perhatikan seperti yang dikemukakan oleh Maslow mencakup kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
d.   Massalah penyesuaian diri
            Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya  dan tanpa menimbulkan ganguan atau kerugian bagi lingkungannya, aka ia dapat disebut “well adjusted” atau penyesuaian diri baik. Namun sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted”salah suai. Dalam hal ini, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindat dari timbulnya  gejala – gejala salah suai.
e.    Masalah belajar
            Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan perbuatan inti. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah- masalah yang timbul dalam belajar. Di sisnilah letak pentingnya program bimbingan dan konseling untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.
    
2.    Landasan pedagogis
            Setiap masyarakat, tanpa kerkecuali, senantiasa menyelenggarakan pendidikan dengan berbagai cara dan saran untuk menjamin kelangsungan hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal  dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992 ). Dengan reproduksi sosial itulah nilai – nilai budaya dan norma – norma sosial yang melandasi kehidupan masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya. Karena itu berbagai cara dilakukan mayarakat untuk mendidik anggotanya,  seperti menceritakan dongeng – dongeng mitos, menanamkan etika sosial, dengan memberitahu, menegur, dan keteladanan; melalui , permainan terutama yang memperkenalkan peran – peran sosial, serta lain – lain kegiatan di antara teman sebaya, dan kerabat.Kegiatan pendidikan itu kini meluas dilakukan di sekolah maupun luar sekolah dengan menggunakan alat bantu yang didukung dengan teknologi modern (Prayitno dkk, 180:1999).
            Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dari pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
            Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
     Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.


Daftar pustaka
Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri  Semarang Press.

Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment