PEKEMBANGAN,
PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan
dan Konseling
Dosen
Pengampu:Drs. Suharso M.Pd., Kons.
Rombel:50
Oleh:
Febri
Ahmad Darmawan 6301412016
Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, S1
MATA
KULIAH DASAR KEPEMDIDIKAN (MKDK)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
A. Perkembangan
Bimbingan dan Konseling
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di
Amerika, dengan didirikannya suatu vocational
bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dengan
tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang
terbaik yang tepat bagi dirinya.
Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang
diketuainya sendiri yaitu Students Aid
Committee Of The High School di New york. Dalam pengembangan komitenya,
Weaver sampai pada kesimpulan bahwa siswa butuh saran dan konsultasi sebelum
mereka masuk dunia kerja. Pada tahun 1920-an, para konselor sekolah di Boston
dan New York diharapkan dapat membantu para siswa dalam memilih sekolah dan
pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula, sertifikasi konselor sekolah mulai
diterapkan pada kedua kota tersebut.(Bimo Walgito,15:2010)
Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas
pada bimbingan pekerjaan (Vocational
Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di
Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu,di sisi lain perkembangan Bimbingan
Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education
Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula
adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal
Guidance).
Miller (1961) meringkaskan perkembangan bimbingan dan konseling
kedalam lima periode. Pada awal perkembangan gerakan bimbingan yang diprakasai
oleh Frank Parson, pengertia bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan. Pada
tahap awal ini, yang umumnya disebut sebagai periode Parsoniam, bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagi
keterangan tentang individu dan tentang jabatan; kedua jenis keterangan itu
kemudian dipasang – dicocokkan yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang
paling cocok untuk individu yang dimaksudkan. Pada periode kedua, gerakan
bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Pada periode ketiga,
pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat perhatian utama. Periode keepat
gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu. Periode berikutnya,
ditandai sebagai periode kelima, tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu
kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan kecenderungan yang
lebih menekankan pada rekonstruksi
sosial (dan personal) dam rangka membantu pemecahan masalah yang di hadapi
individu (Prayitno dkk, 109:1999)
Di Indonesia sendiri, praktek Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama
diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908,
himgga pada periode selanjutnya berdirilah perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai
oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme di kalangan
para siswanya.
Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh Indonesia yang
berlangsung di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa
Bimbingan dan Konseling dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut
menunjukkan adanya langkah yang lebih maju, yaitu Bimbingan dan Konseling
sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah.
Dengan adanya instruksi dari pihak pemerintah ( Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan) untuk melaksakan Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah,
telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.(Bimo
Walgito,17:2010).
B. Visi
Misi Bimbingan dan Konseling
a) Visi
Bimbingan dan Konseling
Visi pelayanan Bimbingan dan Konselingadalah terwujudnya
kehidupankemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan
dalampemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik
berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
b) Misi
Bimbingan dan Konseling
Dalam Pelaksanaannnya Bimbingan dan Konseling mempunyai beberapa
misi yang sangat penting, diantaranya sebagai berikut :
1. Misi Pendidikan,
yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melaluipembentukan perilaku
efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masadepan.
2. Misi Pengembangan,
yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dankompetensi peserta didik di dalam
lingkungan sekolah, keluarga danmasyarakat.
3. Misi Pengentasan
Masalah, yaitu memfasilitasi pengentasanmasalah peserta didik mengacu pada
kehidupan efektif sehari-hari.
C. Paradigma
Bimbingan Konseling
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan
psiko-pendidikan dalambingkai budaya. Artinya pelayanan Konseling berdasarkan
kaidah-kaidah ilmudan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam
kaji-terapanpelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta
didik.
Pada intinya Paradigma bimbingan dan konseling meliputi
hal berikut :
•BK
merupakan pelayanan psikopaedagogis dalam bingkai budayaIndonesia dan religius.
•Arah
Bimbingan Konseling mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi
tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
•Membantu
siswa agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yangmengganggu dan menghambat
perkembangannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah salah satu
bagian integral daripelayanan pendidikan di sekolah yang harus selalu
dikembangkan. Untuk efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
perlu dilakukanpendekatan individual, kelompok, dan klasikal secara terpadu.
Untuk itulahdukungan sarana dan prasarana serta pembinaan dari instansi terkait
dipandangsangat urgent guna mengubah paradigma bahwa layanan bimbingan dan
konselingtidak hanya mengatasi masalah saja, melainkan lebih pada optimalisasi
potensi.
D. Trilogi
Profesi Pendidik
Dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 dan UU No.14
Tahun 2005Pasal 1 Butir 4. dijelaskan bahwa “pendidik merupakan tenaga
profesional”, dan“profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang danmenjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran,atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
sertamemerlukan pendidikan profesi”
Dalam peraturan tersebut seorang pendidik dituntut untuk
bekerja secaraprofesional. Untuk menjadi seorang pendidik yang profesional,
ataupunprofesional dalam bidang apapun, seseorang harus menguasai dan
memenuhiketiga komponentrilogi profesi, yaitu :
1). Komponen dasar
keilmuan
Komponen dasar keilmuan, memberikan landasan bagi calon
tenagaprofesional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikapberkenaan dengan profesi yang dimaksud.
2). Komponen substansi
profesi
Komponen substansi profesi, membekali calon profesional
apa yang menjadifokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya.
3). Komponen praktik
profesi
Komponen praktik profesimengarahkan calon tenaga profesional
untuk menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau
pelanggan secara tepat dan berdaya guna.
Daftar pustaka
Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press.
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Walkito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi da
No comments:
Post a Comment